21 November 2012

#PatsyLagiMikir

Berhubung ngga punya banyak waktu buat ngeblog lagi, akhirnya gue nulis di twitter aja deh. Kalo sempet baru dipindahin ke blog...
Ini kurang lebih sebulan yang lalu ya... Lama juga ya...

 @PatsyMow

Kadang2 gue merasa hubungan gue sama Tuhan itu kayak gue sama bayi gue... #patsylagimikir 

Sok tau, sok bisa, sok cuek, sok berani. Padahal gue ga tau bahayanya. Persis kyk bayi gue. Ga mau dipegangin. #patsylagimikir

Kadang2 gue cuekin juga bayi gue (sambil diawasin tentunya). Dia kejedot, pernah jg jatoh, trs nangis nyamperin gue. #patsylagimikir

Gue juga gitu. Kdg jatoh, kdg kesandung, trs kesel "kok Tuhan biarin gue". Pdhl Tuhan ga pernah ninggalin. Gue aja badung #patsylagimikir

Kalo udah susah, sakit, baru deh nangis. Minta tolong. Baby J jg gitu ke gue. Trs ngerayu, cium2, elus2.. Berharap dipeluk #patsylagimikir

Gue juga suka "ngerayu" Tuhan. Tiba2 rajin berdoa, ke gereja, pelayanan. Pdhl harusnya itu murni krn mengasihi Tuhan ya. #patsylagimikir

Pada akhirnya gue luluh dan kembali memeluk bayi gue. Dan ketika dia peluk gue lg, berasa bgt itu murni krn dia sayang gue. #patsylagimikir

Gue percaya Tuhan jg seneng sekali klo gue mau "manis" lagi dan ibadah gue murni krn gue mengasihi Tuhan, bukan "ada maunya" #patsylagimikir

22 May 2012

Let's Go to School!

As a mom, gue udah mulai cari-cari sekolah buat anak gue. Crazy huh? anak gue baru 6 bulan! Oh well, ngga mau aja kalo nanti udah waktunya gue baru ribet cari sekolah daaannnn baru tau berapa biayanya. Bisa-bisa pingsan sambil pose gue nanti.

Tapi sebagai mantan guru (atau setidaknya sedang cuti), gue sebenarnya berpikir soal hal-hal yang selama ini ada di kepala parents soal sekolah. Dan percayalah, daripada dari orangtua, informasi dari guru soal sekolah lebih akurat. Karena bukan orangtua yang ada sama anak selama jam sekolah, tapi guru. Yang tau bagusnya sekolah tersebut dan bobroknya sekolah tersebut, ya guru. Karena pernah jadi guru sekolah dan pernah jadi pengajar non-sekolah yang anak-anak didiknya sering curhat sekolah, inilah yang ada di otak gue soal cari sekolah buat anak.

1. Metode
Sekarang ini yang namanya sekolah banyak banget metodenya. Mau yang standar nasional (SNI kali), Montessori, Singaporean, dll. Nah menurut gue, ngga semua anak lho cocok dengan metode tertentu.
Misalnya sekarang lagi booming-boomingnya metode Montessori. Ngga semua anak juga cocok dengan metode Montessori. Bisa jadi anak lebih cocok dengan metode konvensional dimana satu guru di depan dan semua murid mendengarkan. Buat gue, ada baiknya orang tua cari tahu dulu metode yang digunakan di sekolah yang dituju lalu baru memilih sekolah yang metodenya cocok buat anaknya.

2. Miss or Bu Guru?
Banyak lho sekolah sekarang yang franchise atau yang punya banyak cabang. Kadang-kadang orang tua tergiur (saelaaah bahasanya "tergiur") dengan nama sekolah yang keren. Padahal sekolah yang keren itu pusatnya. Tempat gue ngajar dulu juga sekolah cabang. Tapiiiii... Kita punya evaluation training yang secara reguler diadakan untuk guru-gurunya. Dan setiap tahun ada guru-guru yang di rolling pindah cabang untuk menyamakan mutu.
Ngga berarti juga guru yang SPd, SPsi, Scampur, Scendol, Sdoger, itu 100% bagus atau yang masih kuliah 100% jelek. Karena jadi guru juga harus pakai hati untuk mengajar anak-anak didiknya. Gue sih maunya tanya-tanya dulu soal gurunya sebelum masukin anak ke sekolah tertentu. Bukan cuma kualitas pendidikan dan wawasannya, tapi juga mental dan hatinya.

3.  Speaking-speaking Bahasa
Sekarang ini banyak sekali yang namanya sekolah internasional atau nasional plus (asal jangan plus plus yeee). Nah rata-rata sekolah ini menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Ada juga yang bilingual, alias dua bahasa. Ada pula yang menambahkan bahasa asing selain Inggris, Mandarin misalnya.
Nah, jangan sampai cuma karena terobsesi pengen anaknya jago macem-macem bahasa malah bikin orang tua salah masukin anaknya ke sekolah. Ngga jarang tuh denger di mall ada anak yang ngobrol sama sesamanya,"Ah, your laptop ngga canggih ah. Masa nge-hang padahal I cuma mau download video doang." Wakwaaaaww... Mungkin si anak terbiasa dengan bahasa asing di sekolah tapi ngga dibiasakan di rumah, jadi campur aduklah bahasanya. Menurut gue, bila memang berkomitmen untuk memasukan anak ke sekolah yang berbahasa asing, orang tua juga membiasakan bahasa asing di rumah.

4. G-4-UL alias Gahul!
Nah, terutama bagi orangtua yang anaknya mau masuk SMP atau SMA, sebaiknya berpikirlah soal masalah pergaulan di sekolah. Karena banyak anak-anak yang salah gaul bukannya di dunia luar, tapi disekolah. Ini juga mulai dari kecil lho.
Sebagai mantan guru preschool, mantan guru kursus yg kepo, dan masih punya banyak saudara yang piyik-piyik, gue banyak melihat perbedaan anak yang bersekolah di sekolah nasional, nasional plus, dan sekolah internasional. Bisa saja bahasanya kurang-lebih sama. Atau kemampuannya juga ngga jauh berbeda, tapi cara berpikir, sosialisasi, sampai cara mereka berinteraksi dengan orang tua cuma berdasarkan sekolahnya. Karena beda pergaulannya tentunya. Hati-hati ah, ngga mau anak gue jadi norak karena sekolahnya tapi juga ngga mau anak gue jadi sombong karena sekolahnya.

5. Tujuan
Adalah sayang menurut gue kalau anak sudah sekolah internasional dari kecil, tiba-tiba masuk SMA Negeri bergengsi. Bukannya SMA Negeri itu jelek, tapi SMA Negeri apalagi yang bergengsi itu pelajarannya susah lho. Makanya banyak anak Indonesia yang juara di Olimpiade Sains Internasional. Bisa-bisa anak gue kena culture shock. Sebaiknya kalau anak mau masuk SMA Negeri lalu ke Universitas Negeri juga, persiapkan dari kecil. Demikian juga kalau anak tujuannya mau kuliah keluar negeri, buat apa masuk SMA Negeri bergengsi? Udah capek-capek cari nilai UAN tinggi, di luar negeri standar penilaiannnya beda lagi.
Belum lagi masalah kerja. Anak mau jadi atlet/musisi dimasukin ke sekolah yang pelajarannya berat, ya maboklah itu anak. Tentu kita juga harus pertimbangakn kemampuannya. Ngga bisa semuanya obsesi orang tua bukan?

6. It's all about the MONEY
Hohoho... Setelah melakukan banyak pemikiran soal sekolah, semuanya balik lagi ke kemampuan orang tua. Mau sekolah bagus dan cocok ama anak, kalo duitnya ngga ada, piye? Nah, mencari sekolah mengakomodir SEGALA kebutuhan anak, juga gue sebagai orang tua, artinya mencari sekolah yang juga pas di kantong kita. Jangan sampe ngutang gara-gara mau masukin anak ke sekolah bergengsi. Banyak juga kok orang-orang hebat bukan dari sekolah yang keren. Demikian juga anak-anak dari sekolah bagus kalau ngga di ajari bener sama orang tua nya juga banyak yang ngga jadi apa-apa.

Yaa ini sih sekedar penilaian gue aja mempersiapkan anak gue (yang baru 6 bulan itu) masuk sekolah. Karena sama anak ngga ada yang namanya trial and error. Emangnya bikin kue? Kalo anak, error dari awal ya cuma bisa usaha sekuat tenaga untuk mengoreksi dan tentunya ngga bisa 100%.
Gue bukan psikolog apalagi pendidik kelas kakap (cuma kelas cumi), cuma sharing aja apa yang ada di otak gue soal sekolah. Masih mau nulis CMIIW, Correct Me If I'm Wrong. Karena ini yang gue alami sebagai pendidik. (Guru bisa "mantan", tapi sebagai orang tua sampe kapanpun gue adalah pendidik.)

Hoy! Kamu yang dibelakang sana jangan tidur!!! *lempar kapur*

14 May 2012

Lupa! Lupa Lupa Lupa...

"Aduh lupa!", "Ngga tau deh, lupa.", "Lupa aku."... Kata-kata sakti inilah yang paling sering gue omongin ke orang-orang terdekat gue. Berhubung memang dari kecil kebiasaan gue adalah itu: lupa. Kadang-kadang kalo gue malas berpikir juga gue bilang lupa. Tapi biasanya kalau gue bilang lupa ya artinya lupa.


Kebiasaan lupa ini bermula dari kecil. Karena gue punya mommy yang sangat sayang sama anak-anaknya, jadi beliau sibuk menyiapkan semuanya buat gue dan ade gue. Karena biasa disiapkan segala sesuatunya, jadi kami kurang bertanggung jawab akan barang-barang kami sendiri. Bukan cuma barang, jadwal, tempat, bahkan janji juga. Dan terbawalah si kebiasaan ini sampai besar.


Saat sudah waktunya tidak tergantung mommy, gue harus mencari cara untuk menghilangkan si lupa. Pertama: Catat, gue biasa mencatat apa saja supaya gue tidak lupa. Di catatan kecil, buku tulis, agenda, dan macam-macam tempat lain. Kedua: Alarm, memasang alarm minimal setengah jam dari waktu seharusnya gue bangun. Gunanya adalah membiarkan otak gue berpikir sejenak tentang apa yang harus gue lakukan hari itu. Ketiga: Pengaturan, (kayak bahasa di ponsel atau di internet ya?) supaya gue terbiasa menaruh barang ditempatnya. Pengaturan gue agak unik karena gue orang yang berantakan sekali, jadi gue bukan mengaturr barang-barang gue supaya rapih tapi benar-benar gue atur supaya barang-barang gue ada di tempat biasanya. Contoh: kalau gue biasa taruh bedak di lantai, ya gue taruh di lantai. Hehehe...


Dan setelah itu kebiasaan lupa gue pun hilang. Hahaha... Ngarep! Sayangnya itu tidak terjadi. Kebiasaan gue tetap ada, dan gue pun tetap lupa. Yah, mau bagaimana lagi, namanya juga kebiasaan dari kecil, sudah pasti sulit dihilangkan. Tapi setidaknya gue berusaha untuk bisa menghilangkan kebiasaan yang membuat gue sering berantem sama pacar gue itu. Karena bagaimanapun juga, lama-lama kalau lupa terus-menerus gue bisa lupa hidung gue ada dimana.


Eh, hp gue mana ya?

Kam_________t

"Kam*reeeeeeeeeet!"
Sering banget deh denger itu sekarang. Banyak banget yang ngucapin kata itu. Heran deh. Perasaan itu kata makian yang udah old school ya, tapi sekarang ngetop lagi. Macem fashion aja, comes and goes... Haha...

Dulu anak dance gue hobi banget bilang "Sh*t!". Keren ya, bahasa Inggris? Ada lagi temen yang hobinya bilang "F*ck!". Kesannya kayak itu lifestyle dan keren aja kalo ada hal yang ngga enakin terus ngucapin kata-kata itu. Padahal gimana juga itu kan kata makian. Walaupun bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jepang, bahasa planet, bahasa apapun, kata makian tetep berpotensi menyakiti hati dan menyakiti kuping yang dengar.

Gue pun kadang kelepasan. Tapi gue tetep aja gerah denger kata makian. Mau maki-maki orang atau maki diri sendiri atau maki keadaan, tetep aja ngga enak dengernya. Apalagi kalo itu keluar dari mulut perempuan, yang seharusnya bertutur kata-kata bijaksana dan mendidik bagi anak-anaknya kelak. Maki-maki orang, sama aja melabeli mereka dengan negativitas, maki-maki diri sendiri sama aja mencela ciptaan Tuhan, maki-maki keadaan berarti ngga puas dengan situasi.

Maki-maki juga kadang ngga harus karena marah, tapi banyak juga yang bercanda ngucapin makian. Misalnya mengata-ngatai teman, atau juga cerita soal orang lain. Biasanya diselingin dengan ketawa ngakak, bisa juga sambil cipika-cipiki, atau juga sambil melakukan gerakan aneh.

Emang susah dimasa sekarang kalau jadi anak gaul dan ngga sama sekali maki-maki. Gue biasanya kalau sama kedua saudara perbabian gue (Ms O & Mrs D) ngga enak kalo ngga ngobrol pake kata-kata makian. Tapi sekarang mulai ditahan karena dua dari kita udah punya anak. Bisa dibayangkan anak-anak kalau denger orang tuanya ngucapin kata-kata makian, nanti pasti akan menurun juga ke mereka.

Nah sekarang, coba pikir sekian kali dulu sebelum bicara kata-kata makian ya Preeeeet.... (lhaaa ini kok...)

13 March 2012

Hilang... dan muncul kembali

Hilang... Setahun terakhir saya hilang dari peredaran blog. Huhuhu... Kemana? Ok... Coba di runut yaaa...
Gue menikah. Yup, menikah! With my longtime boyfriend. Setelah dipaksa sana-sini buat berani maju ke jenjang yang lebih tinggi, akhirnya nikah juga yaa... 6 tahun cuy pacarannya. Hohoho...
Gue hamil. Aseeeekk. Something that I've been wanting to experience. Menjalani 9 bulan dengan berbagai rasa yang ngga bisa diungkapkan dengan kata. Mood yang naik-turun. Bahagia, stres, laper, mual, seneng, marah, semua jadi satu. Tapi semua ngga kerasa banget begitu masa-masa itu selesai.
Gue jadi ibu! Hahaha... Banyak yang ketawa ngebayangin gue jadi ibu. Badan kecil, anaknya besar. Hoooo anak gue besar beneran. Bahkan susternya aja bingung sama pertumbuhannya. He's such a little happy boy. Jarang nangis, ceria, penuh sukacita, bikin gemes, daaaannn bulet! Hehehe... Tembem maksudnya. Ngga ada orang yang liat dia tanpa pengen cubit pipinya. Awas aja, mommynya melotot.
Well, berhubung udah jadi mommy, gue ngga bisa banyak-banyak luangin waktu buat nulis blog lagi. Semoga aja gue ngga males lagi meng-update blog ini... Hehe... Yang jelas saya pernah hilang, tapi saya akan sealu muncul kembali.